PSIKOLOGI PENDIDIKAN - ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus 


Disebut juga sebagai anak luar biasa, dimana membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiannya secara utuh. Pada umumnya anak berkebutuhan khusus akan menunjukkan perilaku tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Istilah daripada anak luar biasa adalah:
1. Disability (Ketiadaan)
2. Impairment ( Rusak)
§  Visual dan   Hearing
3. Handicap (ketidakmampuan)
4. At Risk (Resiko gagal)
  
Jenis yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra,  tunarungu, tunagrahita,  tunadaksa,  tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, anak cacat, dan atau Anak Dengan Kedisabilitasan ( ADK ). Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
a.        SLB bagian A untuk tunanetra.
b.        SLB bagian B untuk tunarungu.
c.         SLB bagian C untuk tunagrahita.
d.        SLB bagian D untuk tunadaksa.
e.         SLB bagian E untuk tunalaras.
f.         SLB bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan baik permanen maupun temporer yang disebabkan oleh:
a.         Faktor Lingkungan
b.        Faktor dalam diri Anak Sendiri
c.         Kombinasi Keduanya


Pengertian Anak Berebutuhan Khusus (ABK) menurut para ahli:
Menurut Kanner dalam jamaris bahwa orang yang mengemukakan istilah autisme, anak autis adalah anak yang mengalami outstanding fundamental disorder, sehingga tidak mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, anak autis bersifat menutup diri dan tidak peduli, serta tidak memperhatikan lingkungannya.
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
Berdasarkan lokasi gangguannya menurut Easterbrooks (1997)
1)      Conductive loss adalah ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
2)      Sensorineural loss adalah ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau saraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.
3)      Central auditory processing disorder adalah gangguan pada sistem saraf pusat proses auditer mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengar meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinga individu tersebut.

Berdasarkan sosial psikologis
1)        Psikometrik ada 4 taraf tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala intelegensi wechsler.
a)        Retardasi mental ringan : seseorang yang memiliki IQ antara 55-69
b)        Retardasi mental sedang : seseorang yang memiliki IQ antara 40-54
c)        Retardasi mental berat : seseorang yang memiliki IQ antara 20-39
d)       Retardasi mental sangat berat : seseorang yang memiliki IQ antara <20

Menguraikan Beberapa Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
·         Karakteristik Anak Tunanetra
Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi penglihatan, yang dinyatakan dengan tingkat ketajaman penglihatan atau visus sentralis di atas 20/200 dan   secara pedagogismembutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajarnya di sekolah. Beberapa karakteristik anak-anak tunanetra adalah:
1.        Segi Fisik
Secara  fisik  anak-anak  tunanetra,  nampak  sekali  adanya  kelainan pada organ penglihatan/mata, yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak- anak normal pada umumnya hal ini terlihat dalam aktivitasmobilitas dan respon motorik yang merupakan umpan balik dari stimuli visual.
2.        Segi Motorik
Penglihatan   sebenarnya   tidak   berpengaruh  secara langsung  terhadap  keadaan  motorik  anak  tunanetra,  tetapi  denganhilangnya pengalaman visual menyebabkan tunanetra kurang mampumelakukan orientasi lingkungan. Sehingga tidak seperti anak-anak normal, anak tunanetra harus belajar bagaimana berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan dengan berbagai keterampilanorientasi dan mobilitas.
3.        Perilaku
Anak     tunanetra  sering  menunjukkan perilaku stereotip, sehingga menunjukkan perilaku yang tidak semestinya. Manifestasi perilaku tersebut dapat berupa sering menekan matanya,membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala dan badan, atau berputar-putar. Ada beberapa teori yang mengungkapmengapa tunanetra kadang-kadang mengembangkan perilaku stereotipnya.
4.        Akademik
 Keadaan  ketunanetraan berpengaruh pada  perkembangan  keterampilan  akademis,  khususnya dalam bidang  membaca   dan   menulis.   Dengan  kondisi  yang  demikian maka  tunanetramempergunakan berbagai alternatif media atau alatuntuk membaca dan menulis, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Mereka mungkin mempergunakan huruf braille atau huruf cetakdengan berbagai alternatif ukuran.
5.        Pribadi dan Sosial
 Sebagai akibat dari ketunanetraannya yang berpengaruh terhadap keterampilan sosial, anak tunanetra perlu mendapatkan latihan langsung dalam bidangpengembangan persahabatan, menjaga kontak mata atau orientasi wajah, penampilan postur tubuh yang baik, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah, mempergunakan intonasi suara atau wicara dalammengekspresikan perasaan, menyampaikan pesan yang tepat pada waktumelakukan komunikasi.


·         Karakteristik Anak Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka  memiliki  karakteristik  yang  khas,  berbeda dari  anak-anak  normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu, diantaranya adalah:
1.        Segi Fisik
·           Cara  berjalannya  kaku  dan  agak  membungkuk.  Akibat terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan pada telinga, menyebabkan anak-anak  tunarungu  mengalami  kekurangseimbangandalam  aktivitas fisiknya.
·           Pernapasannya pendek, dan tidak teratur. Anak-anak tunarungutidak pernahmendengarkan   suara-suara   dalam   kehidupan  sehari-hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa mengatur pernapasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.
·           Cara melihatnya agak beringas. Penglihatan merupakan salah satu indra yang paling dominan bagi anak-anak penyandang tunarungu,dimana
sebagian besar pengalamanannya diperoleh melalui penglihatan. Oleh karena itu anak-anak tunarungu juga dikenal sebagai anak visual, sehingga  cara  melihatpun  selalu  menunjukkan  keingintahuan  yang besar dan terlihat beringas.
2.        Segi Bahasa
·           Miskin akan kosa kata
·           Sulit   mengartikan   kata-kata   yang   mengandung   ungkapan,  atau idiomatic
·           Tatabahasanya kurang teratur
3.        Intelektual
·           Kemampuan    intelektualnya    normal.    Pada    dasarnya    anak-anak tunarungu  tidak  mengalami  permasalahan  dalam  segi  intelektual. Namun akibat keterbatasan dalam berkomunikasi dan berbahasa, perkembangan intelektual menjadi lamban
·           Perkembangan   akademiknya   lamban   akibat   keterbatasan  bahasa. Seiring terjadinya kelambanan dalam perkembanganintelektualnya akibat  adanya  hambatan  dalam  berkomunikasi , makadalam segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.
4.        Sosial-emosional
•        Sering merasa curiga dan syak wasangka. Sikap seperti ini terjadi akibat adanya kelainan fungsi  pendengarannya. Mereka tidak dapatmemahami apa yang dibicarakan oranglain, sehingga anak-anak tunarungu menjadi mudah merasa curiga.
•        Sering bersikap agresif

Secara   umum      berkesulitan   belajar   spesifik   adalah  anak   yang mengalami  gangguan  pada  satu  atau  lebih  dari proses  psikologi  dasar termasuk pemahaman dalam menggunakanbahasa lisan atau tertulis yang dimanifestasikan  dalam  ketidaksempurnaan mendengar, berfikir, wicara, membaca, mengeja ataumengerjakan hitungan matematika. Konsep ini  merupakan  hasil dari  gangguan  persepsi,  disfungsi  minimal  otak,  disleksia,  dan disphasia, kesulitan belajar ini tidak termasuk masalah belajar, yang disebabkan secara langsung oleh adanya gangguan penglihatan, pendengaran, motorik, emosi, keterbelakangan mental, atau faktor lingkungan, budaya, maupun keadaan ekonomi, yakni sebagai berikut :

•   Disfungsi pada susunan syaraf pusat (otak),
•   Kesenjangan (discrepancy) antara potensi dan prestasi
•   Keterbatasan proses psikologis
•   Kesulitan pada tugas akademik dan belajar.
Dan biasanya, semakin tinggi kompleksibilitas makin sedikit jumlah siswa yang ada dalam suatu sekolah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN RUANG LINGKUPNYA

Tondi-tondiku - Romentika Purba