Pendidikan Anak Prasekolah
Menurut Piaget anak usia pra sekolah di usia 2-7tahun. Lalu apa perbedaan PAUD dengan
Pra sekolah , jawabannya adalah hampir sama. UU No.20 tahun 2003 SISDIKNAS
“Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” Ayat 14.
Masa prasekolah dapat merupakan masa-masa bahagia
dan amat memuaskan dari seluruh masa kehidupan anak. Untuk itulah kita perlu
menjaga hal tersebut berjalan sebagaimana adanya. Janganlah memaksakan sesuatu
karena diri kita sendiri dan mengharapkan secara banyak dan segera, maupun
mencoba untuk melakukan hal-hal yang memang mereka belum siap. Suatu hal yang
tidak mudah untuk mengajari anak untuk berhitung, membaca ataupun menulis pada
masa-masa pertama kehidupannya.
Masa prasekolah adalah masa pertumbuhan. Masa-masa
ini adalah masa menemukan orang seperti apa anak tersebut, dan teknik apakah
yang bisa cocok dalam menghadapinya. Masa prasekolah adalah masa belajar,
tetapi bukan dalam dunia dua dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada
dunia nyata, yaitu dunia tiga dimensi. Dengan perkataan lain, masa prasekolah
merupakan time for play.
Dalam dunianya, seorang anak merupakan decision
maker dan play master.Dengan bermain, anak bebas beraksi
dan juga mengkhayalkan sebuah dunia lain, sehingga dengan bermain ada elemen
petualangan.
Ciri
Fisik Anak Prasekolah
Penampilan
maupun gerak-gerik anak taman kanak-kanak mudah dibedakan dengan anak yang
berada dalam tahapan sebelumnya. Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka
telah memiliki peguasaan (control) terhadap tubuhnya, sangat
meyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Otot-otot besar pada anak taman
kanak-kanak lebih berkembang dari control jari dan tangan. Oleh karena itu,
biasanya anak belum terampil dalam kegiatan yang rumit seperti mengikat tali
sepatu.Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan
pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, itu sebabnya koordinasi
tangan dan matanya masih kurang sempurna. Walaupun tubuh anak ini lentur,
tetatpi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak. Oleh karena itu,
hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya. Orang tua
atau guru harus senantiasa mengawasi dengan cermat dan telaten.
Ciri
Sosial Anak Prasekolah
Anak
prasekolah telah menyadari peran jenis kelamin dan sex typing. Setelah
anak masuk TK, umumnya pada mereka telah berkembang kesadaran terhadap
perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak lelaki dan anak perempuan.
Kesadaran ini tampak pada pilihan terhadap alat permainan dan aktivitas bermain
yang dipilih anak lelaki dan anak perempuan. Anak lelaki umumnya lebih menyukai
bermain di luar, bermain kasar dan bertingkah laku agresif. Anak perempuan
lebih suka bermain bersifat kesenian, bermain boneka, dan menari.
Paten
(1932), mengamati tingkah laku sosial anak usia dini ketika mereka sedang
bermain
·
Tingkah laku unoccupied.
Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain
dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
·
Bermain asosiatif.
Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi. Tidak ada peran
tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
·
Bermain kooperatif.
Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi, ada pimpinannya.
Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan bersama, misalnya
perang-perangan, sekolah-sekolahan, dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan
kognitif anak. Piaget mengemukakan perkembangan permainan anak usia dini
sebagai masa symbolic make play (berlangsung dari 2-7 tahun).
Pola
Bermain
Pola
bermain anak prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuia dengan kelas sosial
dan ‘gender’. Keneth Rubin dkk (1976), melakukan pengelompokan
setelah mengamati kegiatan bermain bebas anak prasekolah yang dihubungkan
dengan kelas sosial dan kognitif anak, yaitu:
· 1.
Bermain fungsional. Melakukan pengulangan gerakan-gerakan otot
dengan atau tanpa objek-objek.
· 2.
Bermain konstruktif. Melakukan manipulasi terhadap benda-benda dalam kegiatan
membuat konstruksi
atau mengkreasi/ mencipatakan sesuatu.
· 3.
Bermain dramatik, adalah dengan menggunakan situasi yang imajiner.
· 4.
Bermain dengan mennggunakan aturan
Sedangkan
anak perempuan lebih banyak soliter, konstruktif-paralel, dan dramatik,
dibandingkan dengan anak lelaki. Anak lelaki lebih banyak bermain
fungsional-soliter dan asosiatifdramatik daripada anak perempuan.
Ciri
Kognitif Anak Prasekolah
Pada
rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun, anak mulai memasuki masa prasekolah yang
merupakan masa kesiapan untuk memasuki pendidikan formal yang sebenarnya di
sekolah dasar. Menurut Montessori masa ini ditandai dengan masa peka terhadap
segala stimulasi yang diterimanya melalui pancaindera. Masa peka memiliki arti
penting bagi perkembangan setiap anak.
Dalam
kesempatan lain, Hurlock menyatakan bahwaanak usia 3-5 tahun adalah masa
permainan. Bermain dengan benda atau alat permainadimulai sejak usia satu tahun
pertama dan akan mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Menurut Piaget, usia
5-6 tahun ini merupakan praoperasional konkret. Pada tahap ini anak dapat
memanipulasi objek symbol, termasuk kata-kata yang merupakan karakteristik
penting dalam tahapan ini. Hal ini dinyatakan dalam peniruan yang tertunda dan
dalam imajinasi pura-pura dalam bermain.
Menurut
Montessori dalam Patmonodewo (2000), masa peka anak yang berada pafa usia 3,5
tahun ditandai dengan suatu keadaan di mana potensi yang menunjukkan kepekaan
(sensitif) untuk berkembang. Dalam kaitan itu, menurut Dewey dalam Soejono
(1960), pendidik atau orang tua harus memberikan kesempatan pada setiap anak
untuk dapat melakukan sesuatu, baik secara individual maupun kelompok sehingga
anak akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Sekolah harus dijadikan
laboratorium bekerja bagi anak-anak.
Pengertian
Kesiapan Belajar
Secara
umum kesiapan belajar merupakan kemampuan seseorang untuk mendapatkan
keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Kesiapan sering kali disebut dengan
“readiness”. Seorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila di dalam
dirinya sudah terdapat “readiness” untuk mempelajari sesuatu itu.
Menurut
Djamarah “readiness” sebagai kesiapan belajar adalah suatu kondisi seseorang
yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Maksud melakukan suatu
kegiatan yaitu kegiatan belajar, misalnya mempersiapkan buku pelajaran sesuai
dengan jadwal, mempersiapkan kondisi badan agar siap ketika belajar di kelas
dan mempersiapkan perlengkapan belajar yang lainnya.
Metode
Pembelajaran Untuk Mengembangkan Kesiapan Sekolah Anak Prasekolah
Ada
beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kesiapan
sekolah pada anak usia pra-sekolah. Metode-metode pembelajaran berikut,
merupakan metode pembelajaran yang banyak direkomendasikan oleh para pakar
pendidikan pra-sekolah untuk mengembangkan kesiapan anak memasuki pendidikan
sekolah dasar.
a. Metode
Bermain
Salah
satu aspek utama pendidikan pra-sekolah adalah bermain. Bermain merupakan
cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara
mereka menjelajahi dunia lingkungannya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan
untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar
secara menyenangkan. Bermain membantu anak menjalin hubungan sosial antar anak
(Padmonodewo, 2003).
Komentar
Posting Komentar