PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN BEHAVIORAL
TUGAS RESUME (II)
Pendekatan Behavioral Dan Kognitif Untuk Pembelajaran
BAB 7 PENDIDIKAN KELAS A
Pendekatan Behavioral Dan Kognitif Untuk Pembelajaran
BEHAVIORAL CONDITIONING
I. Classical Conditioning
Classical conditioning merupakan
sebentuk pembelajaran asosiatif dimana stimulus netral menjadi diasosiasikan
dengan stimulus bermakna dan menimbulkan kemampuan untuk mengeluarkan respon
yang serupa.4 kunci penting dalam memahami teori classical conditioning, yaitu
:
- Unconditioned Stimulus (US)
- Uncontitioned Respon (UR)
- Conditioned Stimulus (CS)
- Conditioned Respon (CR)
CONTOH KASUS CLASSICAL CONDITIONING:
1. Sebuah bunyi pistol yang
awalnya merupakan stimulus netral. Ketika seorang anak mendengar bunyi pistol
dan orang di hadapannya tertembak dan meninggal. Maka dia menangis setiap kali
mendengar suara pistol. Jadi bunyi pistol (CS) diasosiasikan dengan orang
meninggal (US) maka menangis adalah (UR) dan (CR).
2. Waktu masih kecil, setiap ada bunyi
yang lewat dari depan rumah, saya selalu, Segera berlari keluar utk membeli
bakso tusuk. Ternyata yg lewat tukang –Siomay. Sejak saat itu, lama-kelamaan
saya mulai terbiasa untuk membedakan bunyi2 yg lewat dari depan rumah saya.
Hingga suatu hari, walaupun banyak bunyi jualan yg lewat, saya sudah bisa
mengenal bunyi bakso bakar yg lewat.
3. Ani sangat senang menonton film
kartun. Suatu hari ibunya menyalakan TV dan memutar film kartun,Ani merasa
sangat senang.Jadi, setiap kali Ani mendengar ibunya menyalakan TV Ani akan
berlari dan merasa senang.
4.Saya termasuk penggemar dari panganan
Bakso. Penjual bakso tersebut menjual dagangannya dengan cara berkeliling
dengan menggunakan motor dan sebagai penanda/penarik perhatian, ada benda yang mengeluarkan
sebuah bunyi. Bunyi terompet angin di letakan di dekat rem tangan motornya itu.
Bunyi itu juga memiliki suara jangkauan yang lumayan besar. Nah, di saat-saat
awal dulu, saya keluar dari rumah untuk membelinya hanya jika penjual bakso itu
telah berada hampir di depan rumah. Namun, lama kelamaan saya terbiasa dengan
bunyi yang dikeluarkan oleh penjual itu. Dan akhirnya sekarang ini hanya dengan
mendengar suaranya saja saya langsung bergegas keluar rumah.
5. Adik saya, mulanya tidak takut dengan
hal yang berbau dengan “hantu”. Atau hantu disini awalnya sebagai stimulus
netral. Dahulunya ia memang tidak takut juga. Namun dikarenakan efek
pengkondisisan berupa suara-suara yang menakutkan dan rupa wajah yang
menakutkan juga ia lama kelamaan menjadi takut terhadap hal yang berbau hantu.
Dan pada ahkirnya apabila ia ingin buang air kecil pada malam hari identik
dengan kesan hantu dan segala macama nya, ia akan memilih menahan buang airnya
ditoilet ditambah lagi waktunya pada malam hari.
II. Operant Conditioning
Operant Conditioning adalah sejumlah
perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu
sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. (Reber (Muhibin Syah, 2003))
CONTOH KASUS OPERANT CONDITIONING
1. Ketika sudah tiba tahun baru, saya
selalu menelepon kakek dan nenek saya dan mendapatkan pujian “anak baik” dan
mendapat uang tahun baru. Sehingga saya tidak pernah melupakan untuk menelepon
kakek dan nenek saya menjelang tahun baru.
2. Suatu malam Bayu menonton televisi di
kamarnya, ketika ibunya masuk ke kamarnya , ibunya mematikan televisi tersebut
dan menyuruhnya mengerjakan PR nya dan Ibunya berkata "kalau PR-mu belum
siap kamu dilarang menonton televisi". Semenjak nasihat ibunya itu Bayu
selalu mengerjakan PR terlebih dahulu dan setelah selesai baru Ia menonton
televisi.
3. Suatu saya
masih duduk dikelas SMP (Sekolah Menengah Pertama) saya dijanjikan oleh ayah
saya akan dibelikan sebuah sepeda, akan tetapi ayah saya meminta persyaratan
kalau janji nya itu tidak ada latar belakang nya. Latar belakang nya yaitu
kalau saya harus mendapat kan prestasi yang menonjol didalam sekolah, saya
harus mendapatkan ranking 5 besar supaya sepeda yang dijanjikan akan segera
dibelikan, oleh karena itu saya rajin membuka buku dan belajar untuk
mendapatkan sepeda tersebut. Ahkirnya pada pembagian rapot SMP saya mendapatkan
rangking 5 besar dan dibelikan sepeda kepada ayah saya karena sudah dijanjikan
sebelum nya.
4. Saat saya kelas 4 SD saya pernah
dimarahi guru dan dihukum lari keliling lapangan serta membersihkan kamar mandi
karena terlambat. Saya merasa tidak senang dengan hukuman yang saya terima.
Keesokan harinya,saya berusaha datang lebih cepat agar tidak terlambat dan saat
itu saya datang tepat waktu sehingga guru tidak marah. Jadi, karena saya tidak
suka dihukum saya lebih berusaha agar tidak datang terlambat lagi ke sekolah.
5. Pada saat saya masih berada di bangku
seolah kelas dua SMA, suatu waktu saya lupa membawa Kamus Bahasa Inggris. Tetapi,
kemudian pada pertemuan berikutnya, saya selalu membawa kamus bahasa inggris.
Saya tidak membawa Kamus → Saya tidak diizinkan berada di dalam kelas.
Pada permasalahn ini, saya terkena
hukuman (punishment) untuk dapat menghilangkan perilaku saya. Hukuman ini
merupakan hukuman yang diberikan dengan maksud untuk menghilangkan/memusnahkan
sebuah perilaku. Maka dalam memberi punishment merupakan sikap guru saya yang
tidak mengizinkan saya masuk ke dalam kelas karena saya tidak membawa buku
kamus bahasa inggris.
III. Contoh Pendekatan Kognitif Untuk
Pembelajaran
Teori kognitif mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan
berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan
atau cognition dalam aktifitas belajar. Cognition diartikan sebagai aktifitas mengetahui,
memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan (Lefrancois,
1985).
CONTOH KASUS PEMBELAJARAN MELALUI
PENDEKATAN KOGNITIF
1. Rina tidak suka meminum obat walaupun
ia sedang sakit. Suatu hari Rina sakit demam dimana 3 hari lagi akan diadakan
UAS, karena Rina takut tidak bisa ikut ujian dan harus ikut ujian susulan Rina
pun meminum obatnya walaupun ia tidak suka.
2. Anak-anak dapat menyelesaikan
tugas-tugas lebih sulit ketika mereka memiliki bantuan dari banyak orang yang
lebih paham atau pandai dan kompeten dari diri mereka.
3. Dinda adalah seorang mahasiwa di
Universitas Sumatera Utara. Dinda merupakan perokok aktif dan berat.
Sebenarnya, Dinda tahu bahwa merokok tidak baik apalagi bagi kalangan wanita,
resiko yang dihadapi akan sangat besar. Karena Dinda mengetahui dampak dari
perilakunya dengan adanya program motivasi merokok merusak kesehatan dan dia
ingin mengakhirinya, maka dia termotivasi serta berusaha keras untuk
lepas
dari rokok.
4. Rinda selalu bermain puzzle di
gadgetnya, pada percobaan pertama Ia selalu gagal dikarenakan belum terbiasa
bermain puzzel digadgetnya, setelah mencoba beberapa kali Rinda pun berhasil
memenangkan permainan tersebut menggunakan beberapa strategi dengan skor yang sangat
tinggi.
5.Pada suatu materi pelajaran dosen
menjelaskan gambaran umum dari materi yang berupa kumpulan dasar perhitungan
dan pengertian umum, lalu yang kemudian memberikan contoh-contoh soal untuk
diselesaikan dalam ukuran ataupun kurun waktu tertentu oleh masing-masing
mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu dalam bentuk perilaku
di lapangan (kehidupan sehari-hari).
Thankyou! ^_^
Komentar
Posting Komentar